Diposkan pada Blog Sejarah Tulungagung, Sejarah Peradaban Islam Tulungagung

SYEKH BASYARUDIN; KIAI BESAR ADIPATI NGROWO DI KALANGBRET

Ragam khazanah sejarah dan peradaban Islam di daerah Tulungagung (sekarang) memang banyak perlu untuk dikaji. Mengingat perjuangan dan jasa mereka pada zamannya telah memberi sumbangsih pada pembangunan peradaban Islam. Masih pada kajian tulis di daerah Kalangbret, keberadaan makam Srigading menyimpan sejarah Islam terkait dengan pejabat tinggi Pemerintahan Ngrowo di Kalangbret.

Makam Syekh Basyaruddin terletak di Dusun Srigading, Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Dari terminal Kota Tulungagung ke arah barat, kurang lebih 4 Km, sampai simpang tiga Jethaan ke utara sekitar 1 Km. Setelah  sampai di Pasar Kliwon Kalangbret belok kiri sekitar 1,5 Km sampai di Dusun Srigading, Bolorejo. Tepatnya di lereng Gunung Bolo bagian utara, di pinggir kali yang mengitari Gunung Bolo, Syekh Basyaruddin di makamkan beserta keluarga dan kerabatnya.

Syekh Basyaruddin yang mempunyai nama asli Kiai Nur Soto hidup se zaman dengan Kiai Ageng Mohammad Besari Tegalsari dan Sunan Pakubuwono II (tahun 1727-1749). Beliau dipercayai oleh masyarakat Bolorejo, Kauman, Tulungagung, dan sekitarnya sebagai kiai yang babat Dusun Srigading bersama-sama ayahnya, Kiai Abdur Rahman. Beliau berdua kemudian mensiarkan agama Islam di Bolorejo dan sekitarnya. Oleh karena jasa-jasa Beliau inilah masyarakat Bolorejo menghormatinya sejak dahulu hingga sekarang.

Syekh Basyaruddin, disamping seorang ulama yang ahli dalam bidang tasawuf, Beliau masih keturunan Prabu Brawijaya VI yang menjadi raja tahun 1478-1498. Silsilah Beliau secara lengkap yang dituturkan oleh juru kunci makam, adalah:

  1. Girindra Wardana/Brawijaya VI ( 1478- 1498)
  2. Udoro/Brawijaya VII (1498- 1518)
  3. Raden Pangeran Demang.  
  4. Raden Demang  Ngadiluwih.
  5. Kiai Ageng Abdul Mursyad Mrican Kediri.
  6. Kiai Abdur Rahman Srigading, Bolorejo, Kauman, Tulungagung.
  7. Syekh Basyaruddin/Kiai Nur Soto Srigading.

Kiai Ageng Mohammad Besari Tegalsari (saudara sepupu Syekh Basyaruddin) adalah ulama pendukung Sunan Pakubuwono II, mempunyai murid/santri banyak sekali. Sebagian santrinya diperintah menyebarkan agama Islam ke wilayah Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar. Kiai Ageng Muhammad Besari mempunyai beberapa anak;

1. Nyai Abdur Rahman,
2. Ya’kub, Ismail,
3. Nyai Buchori,
4. KH. Ishak Coper,
5. Nyai Kholifah,
6. Mohammad Ilyas Tegalsari,
7. Nyai Mohammad Bik Umar Banjarsari
8. Kiai Zaenal Abidin yang menjadi Raja di Selangor Malaysia.

Kiai Mohammad Ilyas Tegalsari  (putra ke 6 Kiai Ageng Muhammad Besari) mempunyai seorang putra bernama Kiai Kasan Besari Tegalsari, guru Ki Ronggo Warsito yang mempunyai nama asli Raden Burhan. Berarti Kiai Kasan Besari adalah cucunya Kiai Ageng Mohammad Besar Tegalsari dan cicitnya Kiai Anom Besari Kuncen Caruban. Dengan demikian Kasan Besari Tegalsari termasuk cucunya Syekh Basyaruddin.

Karena kealiman dan kewiraian Syekh Basyaruddin, Bupati Ngrowo I, Kiai Ngabei Mangoendirono, mengangkat Beliau sebagai penasehat spiritual Kadipaten Ngrowo. Beliau menjadi sesepuh yang setiap saat siap dimintai dan memberi nasehat Bupati Ngrowo. Menurut cerita juru kunci makam Syekh Basyaruddin, Kiai Burhanuddin dan generasi tua desa Bolorejo, Bupati Ngrowo I pernah menjadi santri Syekh Basyaruddin kurang lebih selama 30 tahun. Karena hubungan guru dan murid inilah Kiai Ngabei Mangoendirono ketika masih hidup berpesan jika meninggal dunia minta untuk di makamkan dekat makam gurunya, yaitu Syekh Basyaruddin.

Kajian mengenai sosok tokoh Islam Syekh Basyarudin akan terus dikaji untuk pengoptimalan penelitian peradaban dan sejarah Islam di daerah Tulungagung. Untuk itu dibutuhkan ragam pemikiran yang mendekati kajian dan penelitian peradaban Islam di Tulungagung.


Untitled-1

Penulis:

Mengawali dengan narasi lokalitas untuk menggali potensi kedaerahan agar tidak musnah. email: guschod@gmail.com

Tinggalkan komentar